Senin, 28 Desember 2009

KOTA DERMAGA

aku hidup di sini, di mana kalian akan sering melihat indah birunya laut
dimana kalian bisa sering melihat kawanan camar yang berputar indah sore sore
di mana kalian bisa leluasa melihat nelayan hilir mudik pagi dan malam
kapal-kapal merapat pelan ke pinggir, melepas tangkapan
semuanya kau bisa lihat dengan seksama

kotaku selalu sepi..... setidaknya untukku
untukku yang memandang kesemuanya dari jendela kamarku
sepi
hanya ada biru yang membisu
merapatkan diri dengan paduan yang lain
jauh di sana........
di horizon itu....
kau akan melihat birunya laut bercumbu dengan birunya langit yang menggelayut

tak ada yang tahu apa yang ada di balik horizon tanpa tepi itu....
tak ada.... tak juga aku yang slalu menatapnya takjub
adakah disana segalanya berakhir????
segala yang mengalir menemukan peraduannya????

entah,,,,, ku begitu nanar melihatnya jika pikiranku makin kalut

dermaga ini sungguh indah
tidak seperti desa nelayan yang biasa,
kau taka akan tahhu mana rumah pelayan, mana rumah pengusaha, pendatang, penduduk asli, ataupun ruko.....

semuanya begitu indah dengan menara-menara yang sesekali mencuat dari satu dua rumah
seperti tempatku, rumahku... di mana di menaranya aku mengurung diri
aku melepas pandang ke arah pantai dan menebar takjub ke dermaga.....

indah,

kata-kata itu saja yang selalu terucap dari bibirku selain kata 'sepi' yang membungkus jiwa kecilku


umh, apa lagi?
aku tak tahu.....
dermaga ini selalu membuatku berpikir bagaimana aku mengakhiri segalanya nanti?
apakah dengan tenang mengalir layaknya liukan sungai yang menuju horizon lepas,
ataukah tersendat? meninggalkan selaksa sesal, risau, sedih seperti merapatnya kapal yang gagal melaut????

aku takut,
kalaupun seseorang itu ada untukku saatnya nanti, aku yakin bukan kau....
teman-teman sepermainan,
teman sekolahku,
para nelayan itu,
dan juga tidak ayah ibuku.....

ayah,
aku yakin kau tak bisa melihat indahnya matahari yang silam dalam hangatnya laut sore,
tidak dari kantor tuamu yang membangun tembok kokoh antara kau dan dunia luar,
kau dan ibu,
kau dan waktu kita yang terjerat,
kau dan aku......


ibu,
aku tahu kau melihatnya,,,,
tapi tak selugas orang lain yang berdecak bangga,
tak seriang aku saat mnapak pasirnya pertama kali,
tidak saat kau lebih senang berkutat dengan usaha yang membungkam indah kata-kata sayangmu,
lembut tanganmu yang menyentuhku,
bijak nasihatmu yang mengoreksi tabiatku.....



di dermaga ini, aku terus berpikir....
aku terus berharap dengan nalarku yang masih picik
dengan jiwaku yang masih kecil.....

akankah nanti akan benderang???
baik nalarku ataupun jiwaku?
seperti lentera yang menyembul satu-satu dari kapal-kapal nelayan....
biar redup dan goyah tapi tetap menyinari, tetap hangat, samapi kapanpun.....


akankah????

Slider(Do not Edit Here!)