Selasa, 07 Desember 2010

chocolate love

“hiks..hiks. tahu gak? Aku kemarin sebel banget, Am~~~”
“maaf....” aku kembali merengkuhnya... menenggelamkannya dalam pelukanku. Hanya itu
Aku tak bisa berpikir jernih, Tuhan. Bagaimana bisa aku menjadi begitu egois mencampakkan Sulli-ku. Gadis kecilku, yang sedari dulu selalu bersamaku. Yang begitu memahamiku. Kau tahu? Aku hanya bisa bermanis-manis denganmu. Aku bisa menerima aku ‘tomboy’ hanya bila aku bersamamu. Aku ingin menjadi pangeranmu alih-alih ingin menjadi ‘cewek sejati’. Aku begitu kalut kemarin, Sulli. Kau tahu? Entah kenapa si patissiere itu begitu..... apa? Aku tak tahu. Baru pertama kali ini aku se agresif itu... kalau boleh jujur, aku hanya ingin tahu bagaimana dia bereaksi. Kau tahu? Saat aku seagresif itu, kau hanya akan meningkahinya manja, dan sesekali bilang ‘jangan’. Kalau dia, saat aku mulai memeluknya dia bhakna sudah menolakku. Dia bilang ‘hentikan’..... kalau aku harus emilih, aku akan bereaksi seperti siapa? Kalau kelak aku jadi cewe... (sebenarnya aku tidak begitu mengharapkannya..), reaksi Sulli terlalu manis, tapi reaksi patissiere itu terlalu berani. Aku tak akan sanggup berteriak ‘STOP’ dengan nada semantap itu....
Sulli... dalam pelukanku, aku merasakan perasaannya melunak. Hangat. Aku menyukainya. Mungkin kau memang satu-satunya sandaranku, Sulli-ku....
____________________________________________________________________________________

Di sebuah suit room, hotel yang sama…
“Boo…. Boojae, bangun…” yunnie nyium kening Boojae yang masih tidur.
“ungh….” Si Boojae Cuma menggelliat.
“kalau ga bangun aku cium, nih…” Boojae langsung melek pas denger kata-kata Yunnie barusan…
“iya, ini ba…engggh~” telat… yunnie udah keburu nyium Boojae dalem-dalem. Tangannya aja udah mulai gerayangan di dada Boojae yang telanjang….turun ke bawah sembari terus ngrapetin bibirnya ke bibir Boojae.
“yunnie … udah… capek~” si Yunnie yang dibilangin gitu malah tetep nglanjutin ngraba2 bagian selangkangan Boojae.
“Yun, Yunnie….udah!” Boojae sekuat tenaga ndorong dada Yunnie (MASIH INGET ADEGAN INI, LIZT???, hahahhaha)
“boooo....” yang dipanggil yunnie, mulai mellow. Tangannya ngusap-ngusap pipi mulus JaeJae lembut. Saking lembutnya, pupu mulus anak-anak SNSD kalah dah (pikiran mesum author). Gitu lah. Entah kenapa... matanya yang sipit, semakin sayu. Hampir-hampir terpejam...
“hemhhh...” yunnie akhirnya cuman menghembus nafas keras-keras....
“idihhhh, kenapa malah cuman begitu? Aku tungguin lgo, yunie..” Jae yang sedari tadi pasrah dibelai, sekarang menjejeri muka ganteng yunnie. Penasaran. Ga biasanya kekasih hatinya ini mendengus...mana murung banget kayaknya....
“Boo sayang sama aku ga??”
“idih... muali lagi dah....”
“serius, Boo~”
“kenapa tanya gitu sih, Yun”
“Aku tanya duluan, Boo~”
“ihhhh, gemes dah... ini sama persis kayak waktu dulu kita pertama nginep di hotel ini. Kamu tahu-tahu mellow, trus nanya pertanyaan itu. Kenapa sih???”
“ehmmm” lagi-lagi Cuma sepenggal kata yang keluar dari mulut sexy yunnie
“kenapa, yunnie?” jae gantian mengulurkan tangan kecilnya ke pelipis yunnie, sekedar menghalau rambut poni yang menutupi mata sendunya....
“menurutmu cinta itu apa???”
“tuh, pertanyaannya jadi nambah. Makin aneh pula, yunnn~~”
“jawab aja deh boo...” saat ngomong hal ini, Yunnie sengaja narik badan mungil Jaejong ke pelukannya. Seolah yunnie pengen bilang “lu tahu ga sih, gw deg-degan bgt ngomong ini... makanya cepetan jawab”
“cinta?” Jae agak pilon di pelukan hangatnya si Yunnie
“iya...” suara Yunnie sedikit melunak
“entahlah. Seperti ini mungkin cinta. Aku dan Yunnie. Kita bersama. Saling berpelukan..”
“saling bercinta” seloroh Yunnie asal. Tiba-tiba.
“ihhhh, itu mah gara-gara elunya aja yang ketagihan...” Jae mukul-mukul kecil dada bidang Yunnie. Malu jelas.
“hehehehe, begitu ya...” dalam hitungan detik Yunnie kembali muram
“apa yang salah dari kita, Boo?”
“hah?”
“apa yang salah...”
“ga ada yang salah kan?”
“beneran?”
“tentu, Yunnie...kenapa sih? Gantian jawab pertanyaanku dong. Dari tadi kamu terus yang nanya”
“iya.... aku mencintaimu, Jae... salah kah???”
“ga dong..”
“dan kau mencintai si patissiere...” suara Yunnie mulai tenggelam.
“hah?? Siapa”
“itu, patissiere cewe yang biasa bikin minuman coklat di resto hotel.... apa aku perlu sebutin namanya??”
“ah, Liztya??” dengan cepat Yunnie mengiyakan, tak ingin menyiakan waktunya berdetak cepat
“kenapa kamu bisa bilang gitu sih???”
“ya.... sepertinya...”
“ga lah, Yunnie... pertemuan sesingkat itu tak akan bisa bikin aku seneng sama orang. Apalagi selain kamu... ga... ga... kamu cemburu gara-gara aku sering ngomongin dia belakangan ini?”
“ga. Bukan itu masalahnya, Boo”
“lalu?” mata indah Jae makin menelisik tanya ke mata Yunnie... ada apa gerangan? Pacarnya ini makin asing. Tidak biasa. Dan sunguh membingungkan.... baru kali ini dia cemburu dengan seseorang yang dekat denganku. Apalagi seorang cewek...
“tadi malam, aku dan Sulli menemukan Amber dan Liztya pingsan. Mereka berdua. Sepertinya Amber mencoba melakukan hal yang tidak-tidak ke Liztya. Semacam pemaksaan atau apalah. Lalu Liztya berontak. Bertikai dan pingsan dengan suara gedebuk yang lumayan keras untuk didengar dari jarak 3 kamar di dekatnya’ dengan sekali nafas, Yunho akhirnya mulai mengatakn apa yang ada si pikirannya. Yang mebuat dirinya berani bertanya perasaan Jae ke Yunho..
“apa???” Jae terduduk seketika. Matanya tetap menatap Yunho lurus-lurus tapi dengan jarak... dia menjauh, seolah menjauhi kenyataan yang dilihat Yunho tadi malam. Hei???
“iya....”
“lalu??? Apa Lztya baik-baik saja? Kau sudah membawanya ke RS? Atau?” Jae mendadak panik.
“tuh kan... kau bahkan menanyakan Liztya lebih dulu daripada Amber. Dongsaeng kita.”
“ta-tapi...”
“kau menyukainya? Kau mencintainya? Lebih dariku??”
“bukan begitu, Yunnie... aku hanya tak bisa berpikir tenang kalau ada apa-apa yang terjadi pada gadis itu...”
“Amber juga seorang gadis, Jae...” Yunho sekarang ikutan terduduk. Mununduk seperti tadi.
“ta-tapi, kannn...”Jae panik. Bisa-bisanya dia lebih mikirin si tokoh utama kita ini, ketimbang si dongsaeng seperti yang Yunnie bilang....
“bilang aja kalau suka....” Yunnie menatap kekasihnya itu hampa...
“kupikir... Amber juga...” Yuniie melanjutkan. Terlihat sekali dia setengah menggoda.. dia ingin bilang “Amber juga sepertinya suka Listya...”
“Apa?” aku penasaran (Jae’s POV)
“penasaran lagi.... apa sih sebenarnya yang membuatmu begitu tertarik pada Listya, Jae?” Yunnie mulai berstatus ‘awas’. Ini nada suara yang biasa ia keluarkan ketika dia sedang marah... kesal... low tempered dah... Aigoo~~~ aku mesti bilang apa?
“kau tinggal bilang suka, Jae!”
“tapi bukan berarti kau bisa puas, kan?! Apa maksudmu terus-terusan memojokkanku sementara aku sudah bilang yang sejujurnya!” aku kesal! Aku sudah bilang tidak, tapi tetap saja disangkal! Apa-apaan!
“jujurmu itu tidak sesuai dengan rasa khawatirmu ke Listya, Jae! Kalau semalam aku yang pingsan dengan lelaki lain? Atau kalau aku pingsan dengan Listya dalam tindihanku, apa kau akan mengkhawatirkanku???!”
“itu hal bodoh!!! Kau tak akan mungkin melakukannya! Kau....” aku tak berani meneruskan kata-kataku... kami sudah sangat memanas pagi ini...ada yang salah dengan cara kami bangun tadi... itu pikirku...
“apa? Nyatanya kemarin Amber pingsan dengan posisi seutuhnya menindih patissiere yang kau khawatirkan tadi...
“cukup!” aku melompat keluar tempat tidur... aku tak mau dengar lagi...kenapa masalah ini yang Yunnie bicarakan sepanjang kami bangun? Aku jelas-jelas hanya panik. Aku tak bisa berpikir sehat, Yun... bagaimana mungkin aku mengkhawatirkan Amber yang selama ini begitu maskulin, ketimbang Listya yang dari awal bertemu saja... eh? Sejenak aku termengu. Apa? Tadi aku mau bilang apa? Aku juga tidak tahu bagaimana image-nya di otakku... aku benar-benar belum bangun seutuhnya..
“Jae...” Yunho memanfaatkan waktuku teemangu untuk mendekatiku. Tangan menggenggam tangan bebasku yang entah kenapa begitu menolak kehadirannya. Tidak hari ini. Tidak untuk saat ini... aku masih tak mengerti Yunn~
“Hei, dengarkan... apa kau begitu khawatir dengannya saat bersama Amber?”
“kau bertele-tele, Yun... aku tak suka” aku mengibaskan genggamanku kuat, yang ku tahu hanya akan berakhir dengan sia-sia.
“karena kau juga mungkir! Kau tinggal bilang suka atau tidak! Aku atau Listya!”
“non-sense! Kau jelas membandingkannya dengan Amber! Kau memposisikan dirimu sendiri serendah Amber! Kau sendiri tahu! Listya itu bukan siapa-siapa!”
“benarkah? Kau yakin? Coba bilang seperti itu lagi, saat kau tahu Amber melakukan hal ini...” yunnie segera menarik tubuhku dalam bebatan pelukannya. Dengan kasar dia mencengkeram rambutku, menuntun bibirku beradu dengan bibir tebalnya. Cekatan sekali hingga dalam hitungan detik kami beradu lidah, bertukar saliva. Sesekali dia menyapu punggungku dengan tangan hangatnya yang kurasa makin panas. Dia bahkan tak membiarkanku untuk sejenak menghela nafas.
“Yunnhng~” aku ingin segera mangakhirinya... apa maksudnya menciumku seperti ini? Ini bukan Yunho! Ini bukan kekasihku yang lembut! Bukan.. saat akhirnya Yunho mengakhiri adu lidah kami, hanya penyesalan yang ku dapat
“Amber mencium Listya!”
“bohong!” aku menyangkalnya cepat. Aku tak tahu lagi harus berkata apa. Yang bisa kupikir sekarang hanyalah, mana mungkin Amber melakukan itu!
“Amber itu perempuan, Yun!”
“nah! Akhirnya kau sadar! Harusnya kau tahu hal itu sejak awal! Listya dan Amber itu sama! Bahkan Listya tak jauh lebih baik dari Amber...”
PLAK!
Tanganku spontan menghadiahkan tamparan indah di pipi Yunho.... keterlaluan.
“keterlaluan. Apa karena itu kau memojokkanku dengan berbagai alasan edan tentang Listya!? Hanya karena kau merasa Listya tidak lebih baik dari Amber? Kau sama denganku! Kita baru sebentar berkenalan dengannya! Apa kau begitu dendam sejak awal pertemuan kita? Kau begitu tak bisa memaafkannya??? Itu alasanmu dari tadi hanya terus berbelit??? Kau bahkan lebih rumit dari segala alasanmu pagi ini! Aku baru tahu!!” aku meledak. Sadar bahwa Yunho hanya memikirkan nilai, atau apapun itu hingga bisa membandingkan dua orang yang dia sendiri pun tak tahu dengan baik, aku aku kecewa. Aku sudah ingin keluar dari kamar ini, dan mengadu ke Micky! Siapapun!
“Jae, tunggu... bukan itu” Yunho kembali mengejar siluet tubuhku yang ingin menjauh pergi. Tangannya yang panjang menggapai ayunan tannganku yang mempercepat gerak tubuhku.
“dengarkan!” Yunho akhirnya mendapatkanku tepat saat aku masuk ke ruang tamu. Aku berharap andaikan aku lebih cepat berlari tadi. Aku sungguh tak ingin dikejar kali ini
“aku sudah cukup lelah mendengarkan omong-kosongmu pagi ini.... nghhh” aku sebal! Tipikal Yunho, selalu tiba-tiba. Termasuk tiba-tiba mencium! Tangannya dengan sigap kembali merangkulku. Tapi dengan kuat dia mencengkeramku. Tak membiarkanku kembali lolos. Ciumannya tak sekasar tadi. Tak ada pagutan-pagutan liar, tak ada lumatan-lumatan beringas. Sesekali ia memainkan lidahnya dan mengecup-ngecup bibir bawahku. Sial!! Aku benar-benar marah hingga tak ingin menikmati segala sensasi geliu yang menjalar di tengkukku! Aku kebas!
“maaf... maaf...” Yunho kepayahan mengucapkan maaf disela bibirnya yang terus bekerja memanjakan bibirku. Ciumannya begitu basah dan panas menyapu setiap lapang bibirku. Tanganku yang menahan dada bidangnya yang begitu infasif sudah tak sanggup berbuat apa-apa. Kakiku lemas
“hentikan... henti-“ usahaku mengakhiri ciumannya malah menjadi impuls balik dia menyerangku. Dia mulai menjilati leherku, pagutan-pagutan kecil sesekali ia lemparkan. Aku menyesal bertengkar dengan orang yang hafal betul bagian sensitif tubuhku. Aku berusaha mati-matian menarik diri. Tapi semakin kuat aku mencoba, semakin infasif pula gerilyanya.... benar-benar, setan apa yang menghinggapinya eh!!! Tuhan, aku begitu tak kuasa... tubuhku tak bisa menolak segala sensasi erotis ini, bagaimana tubuku menggelinjang sudah cukup mengidentifikasikan aku juga merasakan nikmat. Tapi hatiku benar-benar mati rasa. Hati ini sudah cukup muak untuk bisa menerima ungkapan afeksinya ini sebagai ucapan maaf. Aku bahkan menilainya ini terlalu kekanakan! Aku bukan maniak sex yang akan luluh saat dicumbu!
“Akhhh~” aku terpekik. Sementara otakku sibuk menyangkal, Yunho sudah sukses melesakkan genggamannya di daerah vitalku. Kakinya mencoba mengangkankan kakiku dengan bibir yang masiih terus bergerilya di leherku. Tangannya mencengkeram kuat, memainkannya lihai tanpa rasa bersalah. Tubuhku semakin bergerak mundur, terdorong oleh tubuhnya yang sungguh sangat konfrontatif... dia mengiringku entah kemana. Aku tak bisa melihat. Sesekali dia melancarkan aksi ciuman. Didalam celana tidurku, tangan Yunho meberikan pijatan-pijatan pada organ kemaluanku.
Bruk..
Badanku sukses mendarat di benda empuk yang sedetik kemudian kusadari bahwa itu adalah sofa yang ada di ruang tamu. Badanku tidak seutuhnya terbaring di badan sofa. Siku kakiku menahan badanku di pinggiran sofa, semakin meberikan beban tindihan dari badan Yunho yang sudah cukup besar. Yunho menghentikan aksinya... setidaknya dia berhenti menciumiku liar. Tangannya masih sibuh meremas dan memijit bagian vitalku, berharap aku melunak atas ‘servis’ yang diberikan...
“Jae, aku sungguh tak ingin kau menjauh dari sisiku... sekalipun itu... aku mencintaimu...” aku hany mengalihkan pandanganku. Tahu dirinya diacuhkan Yunho kembali menuntut bela. Tanga yang sedari tadi bermain di bagian selangkanganku kini sibuk membimbingku untuk merebahkan diri. Tangan yang lain mendukung bibirnya yang kembali mengecup leherku. Menyesapnya pelan.
“kumohon hentikan...” aku hanya bisa berseru pasrah... aku dungguh tak bisa melawan Yunho yang seperti ini... dia terlalu hebat untuk hal seperti ini. Aku mencari cara untuk bisa menghindar.... berlari dan keluar kamar.
“tidak sebelum kau memaafkanku...”
“curang! Kau egois!!” aku mulai menangis... dalam ciumannya, aku merasakan airmataku memberi warna asin di setiap pagutan bibir Yunho... tahu aku tak bisa melawan, Yunho kembali menjajah tubuhku dan berusaha memabukkanku dalam pelukannya, hingga
KKRRINGGGG~~~~
Aku bersyukur ada yang memencet bel kamarku.... kau penolongku... yunho dengan tenang mengakhiri tindihannya dan mengecup bibirku lembut sebelum dia membukakan pintu untuk tamu penolongku...
Kesempatan itu kumanfaatkan untuk membenahi penampilanku yang berantakan, dan berlari mengambil mantel di gantungan dekat pintu. Tepat saat dia membuka pintu, aku menyeruak keluar tanpa menoleh lagi ke belakang. Orang yang bertamu itu ternyata manager-hyung, hanya bisa melongo menyaksikan aku yang berlari sambil menyeka air mataku, serta Yunho yang tak sempat mengejarku dan hanya bisa meneriakkan namaku kesal.
“Jae!!!!!!”

Slider(Do not Edit Here!)