Selasa, 23 November 2010

chocolate love

Butuh waktu yang lama buat gw melek-sadar. Tau-tau gw udah bangun aja di atas tempat tidur –yang gw yakin bukan punya gw- motif papan catur. Mata gw masih burem, entah karena masih ngantuk atau rasa sakit di belakang kepala yang nyut-nyutan bukan main. Gw mulai bangkit, untuk sekedar bersender dan memeriksa belakang kepala. Ya menurut loh? Siapa tau kepala gw bocor #andwae!
“udah bangun?”
“eDrick?” gw langsung melongo. Ternyata ini rumah eDrick?
“ah, syukur dah lu ga amnesia. Hahaha, ada yang sakit ga, Liz?” sambil ngulurin secangkir minuman, yang sedetik kemudian gw sadar kalo itu teh madu, eDrick mendekat dan duduk di penggiran kasur.
“rumahmu?” tanyaku singkat, masih melongo
“apartemen, lah. Kaya banget dah gw punya rumah” seumur-umur gw berteman sama eDrick, gw baru tahu kalo dia punya apartemen. Dan aku baru sadar. Aku ga tahu...
“sori, kemarin gw panik banget. Rumahmu kejauhan, jadi gw bawa ke apartemen deh. Gapapa kan?”
“ehm...”aku Cuma bisa mengiyakan, dan kembali menyeruput isi cangkir. Lagi-lagi speechless.
(author: jangan heran dengan bahasa yang sebentar “gw” sebentar “aku”. Sesuai mood cerita aja. *winked)
“ada yang sakit ga?” eDrick kembali mengulang pertanyaan awalnya.
“em, kepala gw. Ini kenapa bisa sakit banget ya, Drick?”
“lah, harusnya gw yang nanya. Lu kenapa kemarin bisa pingsan begitu di kamarnya si Amber bencong itu, heh? Mana kompak, lagi. Lu habis ngapain sih di kamarnya Amber? Kan harusnya lu udah pulang...”
“HAH??? Hontou? Uso! Kenapa bisa gw di kamar Amber?” gw blingsatan ngedenger penjelasan eDrick barusan. Hah? Najis banget dah, kenapa bisa ya? Saking jablaynya ga bisa ketemu oppa Jae, terus gw nyamperin si Amber, gitu?
“gw yang harusnya heran. Pas mau pulang, tau-tau si mas Yunho treak-treak minta tolong. Pas sekalinya gw datang nyamperin, lu udah maen pingsan aja di depan pintu. Ih...”
“ettooo...” gw ga tau mesti ngomong apa. Secepat kilat, otak gw langsung tancep gas. Mikir. Mengingat apa yang kemarin gw lakuin. Gw ga yakin banget kemarin ngapain aja. Seingat gw, kemarin pas udah mau pulang..... ah! Iya, emang ada Amber. Tapi habis itu ngapain ya di kamarnya? Aigoooo~ ayolah inget Liz!!
“Liz? Hei, bengong dah” eDrick yang (mungkin) jengkel ngliat gw yang lemot, ga tau kenapa langsung majuin wajahnya tepat di depan muka gw. Tangannya udah mau nyentuh jidat gw aja, dan... DEG!!!
“Ahhh, dame! Stop!” sontak, aku langsung nangkis tangan eDrick yang tinggal semili lagi sempurna nyentuh jidat.
Gw inget! Sialan!!! Kenapa juga bagian itu yang gw ingat?? Kenapa? Kenapa bagian ciumannya aja yang gw inget? Wajah Amber malam itu, aku inget banget. Sedetik lalu, aku inget betul bagaimana kemarin dia sangat “insisting”. Aku jijik banget. Segera setelah berteriak, aku mulai menyeka bibirku. Tidak begitu kentara, aku ga mau eDrick sadar ada sesuatu yang salah kemarin. Antara aku dan Amber.
“Liz? Hei, kenapa triak sih? Beneran sakiti banget, ya?” edrick beneran bingung ngliat reaksi gw barusan.
“gapapa... aku cuman kaget.”
“maaf”
“eDrick...” aku pengen banget nanya segalanya. Bagaimana mereka menemukanku, dan Amber? Banyak sekali pertanyaan di otak ini. Dan lagi, tadi eDrick sempet bilang kalau Yunho yang pertama nemuin gw? Gw terlanjut berharap kalo suara yang manggil gw kemarin tuh suara oppa Jae. Eh....malah si Yunho kampret. Tapi, kalo dipikir-pikir aku lebih lega ditemuin Yunho. Bagaimana kalo Jae ngliat gw pingsan di kamar Amber? Kemaren kan mereka juga sempet ribut... sudahlah, nanti saat kembali ke hotel.... gw bakal nyari dah si Yunho. TUTUP MULUTNYA!!!
“HEH!”sekarang eDrick beneran noyor kepala gw.
“gw tungguin juga ga ngemeng-ngemeng lu. Bikin males. Gw kerja dulu, ya. Ntar kuncinya bawa aja. Kalau mau makan, ada kare di dapur. Keburu telat nih.... ati-ati ya...”
“I-iya... THANKS DRICK!” kata-kata yang terakhir ini berlalu begitu aja, begitu cepat, dan terburu-buru, mengiringi eDrick yang mulai hilang di telan pintu kamar. Tapi aku masih bisa mendengarnya membalas “yo~”
______________________________________________________

Sementara, si biang keladi dari kejadian memalukan kemarin, Amber juga masih bergelung di kasur. Matanya sudah terbuka sejak lama.. subuh tadi dia bangun, dan mendapati dirinya pusing luarbiasa. Ah, lebih tepatnya hangover. Dia bahkan tak cukup kuat untuk mengambil air mineral di sebelah tempat tidurnya. Akhirnya dia hanya tiduran. Saat pusingnya sedikit demi sedikit mereda, Amber mulai menata kembali ingatannya tentang malam tadi. Bagaimana bisa dia dengan liarnya memojokkan lakon utama kita. Bagaimna dia bisa kehilangan akal sehatnya. Bagaimana dia bisa kehilangan kontrol diri, hingga akhirnya melancarkan serangn ciuman ke seorang cewek!
“Aigooo~” sesekali dia terpekik sendiri membayangkan kelakuannya kemarin. Membalikkan tubuhnya dan lantas bergelung dalam selimut menutupi semburat merah di pipinya. Aneh. Itu mabuk. Dia sadar betul dirinya mabuk. Tapi, dia pun sadar omongan yang biasa terlontar dari orang yang mabok adalah sebuah kejujuran. Kejujuran yang biasa ada di hati terdalam. (ceileee).. bukan. Bukannya nafsu, tapi ga tau kenapa perasaan itu muncul dengan sendirinya. Dia baru kali ini mengalami pperasaan aneh itu. Dia begitu nyaman berada di sisi si patissiere manis itu. Iya, baginya dia begitu manis. Begitulah seharusnya seorang cewe. Manis, putih, dan jago masak. Bagaimana dulu dia begitu menginginkan menjadi seseorang seperti itu. Sangat ‘cewek’.
Tok tok!
“Amber... kau sudah bangun?”
“i, iya tunggu” kaget dari lamunannnya yang buyar, Amber buru-buru membukakan pintu bagi tamu di pagi hari itu. Tak peduli dengan nyeri yang sedikit-sedikit timbul.
Cklak! Pintunya terbuka sebelum Amber sempet mebukakannya.
“Sulli?”
“hemh? Kenapa” Sulli tersenyum manis menimpali pertanyaan singkat Amber. Lalu dia mendekat.
“sini, tak usah repot-repot. Tidurlah lagi kalau masih pusing.”
“tentu. Ada apa kesini?” jawabku singkat (Amber POV)
“iiihhhh, jahat banget sih. Aku kan khawatir...” Sulli mulai mencubit lenganku gemas. Aku Cuma bisa meringis. Gadis kecilku ini memang selalu menggemaskan.
“aku baik-baik saja, ah. Lihat”
“ah, aniya...kamu inget kan kejadian tadi malem? Kamu pingsan, Am. dan yang membuatku sebel, ada cewe lain di kamarmu. Malam-malam lagi! Itu ya yang membuatmu melarangku maen ke kamarmu?” sulli mulai merajuk, memonyongkan bibirnya... manis.
“ah, sia cuman patissiere kok. Aku menyuruhnya membuat minuman. Kau tahu? Minumannya enak banget. Minuman yang dulu pernah ku ceritakan.”
“bohong” sekarang Sulli mebelakangiku.
“aish, Sulli...jangan marah... sungguh. Itu beneran” aku refleks mendekatkan diri ke Sulli.
“kau mabuk, Am...” DEG! Sulli tahu
“kemarin aku penasaran. Apa yang kau lakukan malam itu, jadi aku memutuskan untuk main ke kamarmu, tapi di lorong aku bertemu Yunho oppa. Entah sepertinya dia ingin berbicara denganmu juga. Jadi kami bareng deh ke kamarmu. Eh...pas sampai di kamar malah ada yang treak-treak. Terus ada bunyi benturan kenceng banget. Yunho oppa panik...”
“tunggu... aku masih shock. Yunho? Yunho?”
“aku lanjutin dulu... yah, tapi intinya yunho ndobrak pintu kamarmu. Trus tau-tau kamu udah pingsan aja sama si mbak-mbak itu....”
“a, aku..”
“kamu mabuk...” Sulli masih kekeuh munggungin aku.
“iya..”
“bukan iya Amber! Aku tahu kelakuanmu saat mabuk. Bertingkah aneh, ngomong blak-blakan. Dan aku ga yakin kemarin kamu ngapain aja. Sampai ada triakan-triakan seperti itu....”
“hah??” aku hanya bisa berlagak bodoh. Aku bisa mengingat semuanya yang kulakukan saat mabuk. Aku tahu. Aku memaksanya, dan dia berteriak...
“kamu mabuk Am...”
“kata siapa?” aku membela diri”
“Ih!! Jangan mangkir deh! Yunho oppa sendiri yang bilang. Mulutmu bau anggur!” sekarang Sulli menghadpiku lurus-lurus. Mukanya sewot. Sejak kapan aku tak melihat ekspresinya ini? Lama sekali...
“Ahhh...”tanpa sadar aku terpekik. Ini toh yang mebuat aku kliyengan tadi malam. Si Liztya masukin Amber ke minumannya?
“tuh, kan!! Ihhh..” lagi-lagi dia balik badan. Punggungnya yang lecil seakan berusaha menyembunyikan rasa kecewanya.
“Sulli...” aku merangkulnya. Dia berontak sesaat.
“hei, hei... mian. Mianhae yo. Aku ga tau kalau minuman itu ada anggurnya. Kalau aku tahu, aku tak akan meminumnya, lah. Kau tahu kan”
“bodo, ah...” Sulli masih saja berusaha melonggarkan pelukanku.
“Sulli...” aku mengencangkan pelukanku. Merengkuh pundak kecilnya dalam-dalam.
“ihh...” sebutir air mata menetes di lenganku. Sulli sesenggukan untuk masalah sepele ini? Aduh, aku makin bingung.
“sulli, kenapa nangis sih? Hei.” Aku membalikkan badannya. Mensejajarkan mataku dan matanya. Dai menunduk malu. Dia paling malu kalau ada orang yang melihat muka menangisnya.
“Amber... iks, ihhh... masa iya kamu ga tau?? Aku musti ngomong?? Ga sadar apa?” Sulli mulai memperkeras volume suaranya.
“kenapa? gara-gara aku mabuk lagi? Astaga. Aku bener-bener ga tahu ”
“aku CEMBURU! Puas??” Sulli mulai merunduk. Lebih rendah dari yang tadi ia lakukan. Pundaknya jatuh begitu saja. Air matanya buncah lagi. Sulliku...
“Sulli, maaf...”
Sedetik kemudian bibirku merengkuh bibirnya yang basah. Asin. Aku tak peduli. Aku begitu...merasa bersalah dan...entahlah. perasaan ini. Aku sungguh tak bisa membiarkan Sulli menangis. Dalam ciumanku, Sulli masih berusaha menolak. Memukulkan kepalan tangannya di dadaku. Sakit. Tapi tentu sakit ini tak sebanding dengan hatinya yang merasa dikhianati. Tanganku yang lain berusaha merengkuh pinggangnya, mendekatkannya ke arahku. Sementara tangan yang lain menyibakkan rambutnya. Dan entah sejak kapan Sulli berhenti memukuli dadaku.
“Amm...”Sulli memanggil namaku disela pergulatan bibir kami.
Dia mulai membalasku. Bibirnya menyambut pagutan bibirku di bibirnya. Lembut. Seperti biasa. Selalu seperti itu sejak setahun lalu. Sulliku yang manis... semakin dalam aku memagut bibirnya, semakin intens pula ia membalas ciumanku. Aku menjatuhkannya di kasur... menenggelamkannya dalam dekapanku. Tangannya mulai menahan dadaku, tapi tangan yang lainnya menarik leherku mendekat. Hei? Dasar nakal....
“sulli...” aku mengehntikan ciumanku. Aku ingin berbicara dengannya. Ciuman ini bukan ungkapan maaf tentu. Aku hanya tak bisa mebiarkannya menangis.
“aku mencintaimu...” aku mengungkapkannya lugas....

Slider(Do not Edit Here!)